Seolah Termarginalkan
“Ilmu agamapun semakin teranak tirikan tatkala ilmu
pendidikan umum saja yang menjadi acuan kelulusan siswa. Disinilah peran Pendidik
Agama dipertaruhkan demi Eksistensi ilmu Pendidikan Agama”
UJian
Nasioanal atau yang biasa disingkat dengan UN, pada hakekatnya merupakan agenda
tahunan bagi siswa SD,SMP dan SMA. UN ditujukan sebagai standarisasi dan
evaluasi penigkatan mutu pendidikan. Disamping itu, UN juga ditujukan agar
adanya pemerataan antar daerah, untuk menghindari diskiriminasi dalam hal
kualitas pendidikan pelajar.
Sistem
pelaksanaan UN pun tiap tahunnya berbeda mulai dari satu paket, dua paket dan
baru-baru ini mencapai lima paket. Standar kelulusannya juga ikut meningkat.
Selain itu UN yang dulunya memakai tiga mata pelajaran yang diujikan yaitu Matematika,
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggri, sekarang bertambah menjadi enam mata
pelajaran bagi Pelajar SMA dan sederajad, yaitu adanya penambahan mata pelajaran Biologi, Fisika,
Kimia bagi pelajar jurusan Ipa dan Sosiolog, Geografi, Ekonomi bagi pelajar
jurusan Ips.
Namun
yang selalu menuai Kontrofersi adalah ketidak ikutsertaan Pendidikan Agama dalam mata pelajaran yang
diujikan. Mengingat Pendidikan Agama merupakan fondasi kuat untuk membentuk
mental dan moral Anak Bangsa. Tak hanya itu Pendidikan Agama juga berperan
penting dalam menciptakan akhlak yang baik bagi para generasi Bangsa dan paling
tidak menjauhkan dari perbuatan tercela dan tidak senonoh, seperti melakukan
korupsi yang saat ini semakin menjadi trend di Indonesia.
Dewanya Ilmu Pendidikan
Pendidikan Agama yang notabennya Pendidikan mendasar bagi
anak didik ayalnya telah termarginalkan dari peradaban Pendidikan formal.
Terlihat dengan ketidak aktifan siswa dalam mengikuti pelajaran Agama di
sekolah dan lebih mementingkan mata pelajaran yang diujikan dalam UN dari pada Pelajaran Agama. Padahal disadari
atau tidak pembentukan jati diri moral suatu bangsa terletak pada Pendidikan
Agamanya.
Pendidikan Agama pun tiap tahunnya mengalami degradasi,
mulai dari minat siswa sampai pengimplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi
saat ini yang menjadi Dewa Pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Umum, dalam arti
lain Ilmu Pengetahuan yang di ujikan dalam UN. Hal ini semakin membuat Pendidikan
Agama tak ada daya jualnya.
Penentuan
kelulusan yang semakin dipersulit oleh kebijakan pemerintah, membuat Ilmu Pengetahuan umum smakin naik daun
dan smakin dianak emaskan dari pihak manapun, membuat Pendidikan Agama smakin
sempit sepak terjangnya dalam dunia pendidikan.
Solusi yang tak solutif
Untuk
mengantisipasi hal tersebut banyak yang mengemukakan agar Pendidikan Agama di
ikut sertakan dalam UN, mengingat kebobrokan bangsa semakin menjadi-jadi dan
pelanggaran norma smakin buming dinegri ini.
Di
sinyalir jika diadankannya kebijakan baru terkait Pendidikan Agama masuk dalam
UN akan sdikit menambah minat siswa untuk memperdalam pengetahuan Agama, dan
hasil ahirnya akan berimplikasi terhadap moral bangsa yang lebih baik. Selain
itu Pendidikan Agama dan umumpun akan serata drajadnya.
Namun
solusi itu hanyalah solusi pilihan yang tak solutif.
Pada dasarnya Pendidikan Agama adalah fondasi suatu moral bangsa yang mencetak karakter
kepribadian yang baik, bukan mencetak angka yang baik. Oleh sebab itu harus ada
perombakan dari sitem pendidikan agama dan disinilah peran pendidik Pendidikan
Agama dipertaruhkan demi eksistensi Ilmu Pendidikan Agama.